PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) menyiapkan belanja modal Rp 200 miliar untuk membiayai agenda ekspansi tahun ini
JAKARTA. Emiten Saham perkebunan sawit, PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) agresif menggelar ekspansi bisnis. Selaain menambah luas area perkebunan, BWPT juga gencar membangun pabrik kelapa sawit (PKS) baru.
Dalam rencana ekspansi bisnisnya, BWPT sudah mengagendakan beberapa proyek Pembangunan PKS. Salah satunya adalah Pembangunan PKS baru di Kalimantan Timur.
Direktur Utama BWPT Henderi Djunaidi mengatakan, BWPT akan menambah kapasitas pabrik di Kalimantan Timur sebanyak 30 ton per hari (TPH), dari semula 60 TPH menjadi 90 TPH.
Awal Pembangunan atau groundbreaking pabrik anyar ini rencananya bakal berlangsung di awal bulan Agustus ini. “Rencananya akan mulai beroperasi dalam 14 sampai 18 bulan sejak pembangunan,” ujar Henderi, kepada KONTAN, pekan lalu.
BWPT menyiapkan alikasi belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 200 miliar di tahun ini untuk memuluskan rencana bisnisnya tersebut.
Pihknya tak membeberkan persentase serapan capex Selma pruh pertama 2023. Yang pasti, selain pembngunaan pabrik kelpa sawit, capex juga digunakan untuk perbikan fasilitas umum dan infrastruktur, serta peremajaan alat berat.
Sementara dalam tiga tahun ke depan, BWPT mengalokasikan capex sebesar Tp 1 triliun. Capex sebesar itu akan dialokasikan untuk membangun sejumlah pabrik baru serta penambahan area perkebunan sawit.
“Capex tersebut akan digunakan untuk pengembangan dan Pembangunan beberapa pabrik kelapa sawit baru, biogas plant, serta penambahan areal perkebunan sawit baik secara organic maupun inorganik,” jelas Henderi.
Untuk diketahui, pendapatan usaha BWPT terpantau menyusut selama semester pertama 2023 bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angkanya lebih rendah 7,53% year on year (yoy), dari semula Rp 2,31 triliun menjadi Rp 2,14 triliun.
Namun, BWPT berhasil membalikkan keadaan dengan mencetak laba sebesar Rp 64 miliar selama semester I-2023. Sementara pada periode sama tahun 2022, BWPT masih membukukan kerugian hingga Rp 188 miliar.
Kinerja positif itu ditopang volume penjualan CPO dn PK yang masing-masing mengalami peningkatan sebesar 22% dan 26% yoy selama semester I-2023. Untuk volume penjualan CPO tercatat mencapai 172.225 metrik ton (MT) dan PK sebesar 30.075 MT.
Per akhir Juni 2023, BWPT juga berhasil mencatatkan peningkatan yield FFB (fresh fruit bunch) per hectare sebesar 20%. Berkat semua capaian itulah akhirnya Perusahaan berhasil mencetak laba.
Harga CPO turun
Berbekal kinerja positif itu, BWPT optimistis target pertumbuhan tahun ini tetap dapat tercapai. Optimisme itu sejalan dengan upaya perusahaan untuk memaksimalkan kinerja operaasional di paruh kedua tahun ini.
BWPT sendiri menargetkan kenaikan bisnis dua digit di tahun ini, baik secara kinerja keuangan maupun opersional produksi.
“Melanjutkan tradisi double digit growth, BWPT optimistis pertumbuhan kinerja di semester II 2023 kan mencapai double digit,” ungkapnya.
Kendati demikian, Henderi mengakui, bisnis komoditas sawit tahun ini menghadapi banyak tantangan. Selama semester I 2023, misalnya, komoditas ini mengalami penurunan rata-rata harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) dibandingkan posisi yang sama tahun 2022.
Meski tantangannya cukup berat, BWPT meyakini dapat menggenjot produksi di paruh kedua ini, sehingga pertumbuhan dua digit dapat tercapai di akhir tahun 2023.
“Dengan praktik agronomi yang baik dan umur perkebunan yang sedang prima, kami optimistis bisa menggenjot produksi,” ujarnya.
Sumber : Kontan Harian, 7 Agustus 2023